Selasa, 24 Juni 2014

Mayoret Story :3







Ini aku saat menjadi mayoret! Mudah-mudahan kalian semua tahu aku yang mana. Aku adalah yang tidak memegang tongkat. Sebenarnya ini menurutku tidak masuk akal, karena dimana-mana kan mayoret harus memakai tongkat. Tapi, kalau di sekolahku kebijakannya SANGAT LAIN.
Ok, aku ceritakan, ya, pengalamanku ini. Bisa dibilang ini sangat sial.

****

     Saat mengukur seragam untukku saat pentas nanti, aku sadar nggak ada sepatu yang muat! Memang kaki ku ini tergolong besar untuk anak seumurku, 41 lho! Sepatu mayoret (Lihat gambar di atas bagaimana sepatuku) ini memang kecil-kecil, temanku, N juga nggak pas ukuran sepatunya. Baiklah, kita fast forward saja ke saat aku sudah sampai di lokasi pentas. Teman-temanku sedang sibuk mengerubungiku karena baru pertama kali melihatku memakai seragam mayoret. Sampai diajak foto-foto segala! Tapi aku senang banget. Udaranya sangat-sangat segar, satu masalahnya : SEPATUKU! Akhirnya kucopot saja sepatuku, dan aku berlari-lari dengan enaknya.

     Ternyata lokasi pentasnya bukan di situ. Kami disuruh berjalan kaki ke depan kompleks (tadinya kami di dalam kompleks --"). Jauh! Menyebalkan, deh. Sambil berjalan ke sana, kami memulai parade. Saat sampai di lokasi, tim drumband memainkan lagu-lagu dan berparade berkeliling. Setelah selesai memainkan semua lagu (diulang ulang beberapa kali), aku kira kami sudah selesai dan bisa pulang. TAPI, ternyata belum! Kata guru kami, itu baru latihan saja. GUBRAK! Latihan saja, kok lama sekali, sih!

     Akhirnya, mulai juga kami berparade, (sekarang yang beneran) ternyata, ada juga tim drumband lain. Aku sempat kecil hati, karena menurutku tim drumband itu cukup bagus. Aku dan N, memimpin tim drumband berparade. Awalnya, aku berjalan dengan semangat. Lama kelamaan, aku kurang semangat. Aku mulai berkeringat. Dan kakiku sakit! Aku mulai mengeluh. N lebih diam. Tapi kakiku sendiri lebih besar ukurannya dibanding N, jadi menurutku wajar saja jika aku menengeluh lebih banyak.

     Kakiku makin sakit! N mulai mengeluh. Mama dan ibu-ibu lain menyarankan aku melepas sepatu. Aku bilang : "Nggak mau!" Sebenarnya, aku mau saja, yang jadi alasan ya karena malu. Guruku bilang, kalau nggak kuat istirahat saja. Aku bilang, aku masih kuat tapi kakiku sakit! Memang betul, sakitnya cuma di kaki saja. Kata ibu-ibu lain, sudah hampir sampai. Tapi aku nggak tahan! Akhirnya N melepas sepatu mayoret sial itu. Aku juga ikutan, dong. Sambil bertelanjang kaki, aku dan N bersantai-santai minum aqua gelas. N malah berjalan di belakang, sementara aku berjalan di antara tim drumband yang ada di depan.

     Kasihan juga sih, tim perkusi. Yang membawa alat-alat drumband. Sebetulnya aku ini nggak capek, tapi, kakiku sakit!! Kami bersantai-santai sampai aku mulai memasuki tempat kami datang tadi pagi. Tiba-tiba, ada ibu yang berseru "Cepat-cepat, mau ditonton walikota, tuh!" "HAH?!" Teriakku dan N. Ditonton walikota?! Aku benar-benar nggak tahu! Aku lalu berteriak "Sepatu!" Aku dan N kalang kabut mengambil sepatu kami yang ditenteng orang lain. Kata ibu itu, "Udah telat!" DEG!!


     Memakai sepatu mayoret itu susah. Terutama karena kakiku ukurannya besar. Sepatu itu harus di risleting dahulu agar bisa tertutup. Memasukkan kakiku ke sepatu saja susah, tambah di risleting, repot! Akhirnya, aku dan N bertelanjang kaki. :") Mayoret yang tidak baik ini, JANGAN DITIRU! Aku bisa melihat walikota dan rombongannya berdiri di panggung. Kami semakin mendekat ke panggung, dan... kami melewati panggung! Ada MC yang berkata melalu mic : "Ini dia, drumband dari universitas terbuka! Seperti namanya, mayoretnya juga terbuka!"
Aku tahu pasti yang dimaksud adalah kakiku dan N. Langsung saja kupelototi MC itu, dan dia malah tertawa. Tiba-tiba, walikota menatap langsung ke arahku. Dia berkata tanpa suara "Nggak pake sepatu?" Begitu katanya. Aku hanya mengangguk. Setelah selesai, aku pulang.

Ada beberapa anak yang menumpang di mobil orangtuaku. Kami mengobrol soal kejadian tadi. Kata temanku, ada yang berkata begini, "Nih drumband bopung banget, sih! Jalannya maju mundur, biasa, masih anak kecil!" (Kira-kira itu). Sebenarnya aku kesal banget!! Maksudnya apa? Mengejek kami sebagai "drumband bopung"?! aku tidak suka!

-THE END-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar